First of all! Thank you, thank you, and thank you so much to Japan International Broadcasting TV (JIBTV) for choose me as the special Reporter of Ama-Chan drama. I’m so honoured to be part of promoting the Japan tourism ^ ^.
Finally a few weeks ago, saya berhasil menginjakkan kaki saya di Tokyo – Jepang, masih seperti mimpi rasanya >.<” sulit dipercaya. Jepang sebenarnya bukan negara baru untuk saya. Perkenalan saya dengan Jepang berawal dari film-film kartun Jepang yang sering muncul di televisi swasta. Masih ingat nggak tentang Sailor Moon, Doraemon atau Detektif Conan? Film-film tersebut merupakan kartun favorit saya semasa saya kecil dulu lho.
Tujuan pertama saya hari ini adalah NHK Studio Park dimana stasiun televisi dan radio paling terkemuka di Jepang ini menawarkan kesempatan bagi para pengunjung untuk melihat “behind the scenes” pembuatan beberapa program NHK. Saya bisa belajar bagaimana mengisi suara pada film animasi kartun, proses pembuatan sketsa pada film kartun animasi, shooting berita di studio NHK dan masih banyak hal lainnya yang sangat menarik disini.
Seperti toko souvenir ini, sebagai fans berat Ama-Chan saya sangat gembira waktu menemukan suvenir Ama- chan di NHK Studio Park. Saya langsung meminta Miku-san untuk mengabadikan foto saya bersama boneka Aki-Chan ini, jejeje!!
Waktu sudah menunjukkan makan siang ketika kita puas berkeliling NHK Studio Park, kami akhirnya sampai di NHK Studio Park Café, kali ini Nonaka-san memesankan saya Omurice untuk santap siang kami. Hmm, yummy rasanya sangat lezat dengan saus special diatasnya membuat omurice ini menjadi gurih dan nikmat. Ah >.<” melihat foto ini kembali, rasanya membuat perut saya jadi lapar.
Dari NHK Studio Park kami menuju Ueno Ameyoko Centre Building, yang merupakan salah satu tempat pengambilan gambar Ama-chan. Cukup banyak adegan dalam film Ama-chan yang diambil di tempat ini, gedung tersebut juga merupakan tempat latihan grup musik GMT48 dalam film Ama-chan.
Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan ke museum Shitamachi, museum yang menceritakan kehidupan Jepang pada jaman Edo. Saya mempelajari banyak hal dari museum ini, rumah-rumah Jepang pada jaman Edo, mainan anak-anak pada jaman Edo, dan berbagai hal lainnya.
Di museum ini juga ada tour guide yang bisa berbahasa Inggris lho, dia menceritakan bagaimana keadaan kehidupan Jepang pada jaman Edo, kebanyakan rumah pada jaman Edo dibuat menjadi toko pada bagian depan rumah, dan juga rumah pada jaman Edo mudah sekali terbakar karena banyak terbuat dari kayu-kayu.
Setelah selesai berkeliling museum, saya diantarkan untuk mencoba salah satu kafe dessert tertua di sekitaran museum Shitamachi yang bernama An-Mitsu. Saya mencoba salah satu dessert yang berisi mochi, ogura (kacang merah), kacang tanah, potongan jeruk, pudding coklat, dan sejenis bola ronde. Nonaka-san juga memberikan saya sebuah sertifikat yang berisikan ucapan selamat bahwa saya telah terpilih menjadi special reporter Ama-chan disini.
Tujuan selanjutnya pada hari ini adalah Asakusa, dimana terdapat Sensoji Temple dan Nakamise Street, tetapi tiba-tiba saja hujan turun. Akhirnya Nonaka-san memutuskan untuk pergi dengan menggunakan taksi. Wah, sebuah pengalaman luar biasa untuk mencoba taksi di Jepang, karena selama ini saya dengar dari teman saya kalau taksi di Jepang sangatlah mahal. Saya sempat mengambil foto tarif taksi di Jepang, 2KM pertama sebesar 730 yen, 90 yen setiap 280m berikutnya, lalu ditambah 90 yen setiap 105 detik. Kami naik taksi sekitar 5menit dan membayar sebesar 1000 yen (Rp 120.000).
Kami turun di depan gerbang Sensoji Temple yang bernama Kaminarimon. Kaminarimon, atau bisa diartikan “Gerbang Petir”, merupakan gerbang masuk ke Sensoji Temple, memiliki sebuah chochin, sebuah lentera yang sangat besar dimana terdapat ukiran naga pada bagian bawahnya. Kaminarimon sendiri dibangun pada tahun 941 oleh seorang komandan militer, Taira no Kinmasa, memiliki tinggi 11,7m, dan lebar 11,4m. Ada 4 buah patung pada Kaminarimon, pada bagian depan terdapat patung dewa Fujin dan Raijin, dan pada bagian belakangnya terdapat patung dewa Tenryu dan Kinryu.
Ketika kita masuk melewati Kaminarimon, kita akan melihat sebuah jalan panjang menuju Sensoji Temple yang bernama Nakamise Street. Berbagai suvenir dijajakan disini, Kimono, Geta (sandal bakiak Jepang), topeng khas Jepang, payung tradisional Jepang, kipas, sumpit, dan lain sebagainya. Yang lebih menarik lagi, harga-harga barang disini juga sangatlah murah, sebuah Geta bisa dibeli seharga 1370 yen, payung khas Jepang 1200 yen, sebuah kipas berharga 500 yen.
Di ujung Nakamise Street, kita akan menjumpai Sensoji Temple, yang merupakan kuil paling tua di Tokyo yang ditemukan pada tahun 645. Pada bagian depan Sensoji Temple, terdapat sebuah tempat pembakaran dupa, yang konon dipercayai oleh masyarakat Jepang dapat membawa keberuntungan dengan mengipaskan asap pembakaran dupa tersebut ke wajah kita.
Hari telah malam setelah kami puas berkeliling Sensoji Temple, selanjutnya merupakan salah satu agenda yang sangat saya tunggu-tunggu, yaitu mencoba Uni yang merupakan makanan kesukaan Aki-chan. Saya dibawa ke sebuah restoran sushi di sekitaran daerah Shinjuku bernama Sushi Addendum. Restoran ini menyajikan sushi pada sebuah jalur yang berputar, tetapi Nonaka-san merekomendasikan kepada saya untuk langsung memesan sushi kepada chef agar mendapatkan sushi yang lebih segar. Saya mencoba beberapa jenis sushi, Chu-Toro Nigiri, Salmon Nigiri, Ebi Nigiri, Ikura Gunkan, dll. Ikan disana sangatlah segar.
Lalu yang paling spesial adalah Uni Gunkan, ini adalah pertama kalinya saya mencicipi Uni Gunkan, saya merasakan sensasi yang sangat unik ketika mencoba Uni Gunkan ini, rasa asin dan gurih, dan juga sensasi Uni yang langsung lumer ketika mencapai lidah saya, sensasi yang sangat berbeda dengan ketika kita menikmati Chu-Toro dan Salmon. Saya sangat menikmati makan malam di Sushi Addendum ini, memiliki kesan tersendiri ketika saya mencicipi Uni untuk pertama kalinya.
Empat hari di Jepang memang terasa kurang, namun berhasil membuka pikiran saya. Jepang mampu menyelaraskan antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai kebudayaan mereka. Selain itu Jepang telah mengajarkan pada saya budaya tentang saling menghormati, kedisiplinan, dan keramahan. Meski kebanyakan dari mereka tidak begitu mengerti bahasa Inggris yang saya ucapkan, tapi mereka selalu tampak antusias dan tersenyum ramah. Rasanya menyenangkan sekali berinteraksi dengan warga Jepang. Walaupun kunjungan kali ini begitu singkat, namun kesan dan memorinya begitu melekat di hati saya. Jepang sudah banyak memberikan pelajaran bagi diri saya dengan beberapa kebiasaan baru yang bisa dibawa pulang ke Indonesia. Semoga Tuhan memberikan kesempatan bagi saya untuk kembali ke Jepang karena sebetulnya masih banyak daerah-daerah yang menarik untuk dijelajahi.
Terimakasih banyak JIBTV atas pengalaman istimewa ini. Arigatou Gozaimasu ^ ^.
Wah selamat ya kak angelina!
Waktu itu aku ikutan juga tapi belum beruntung~
Semoga aku bisa juga mengikuti langkah kak angelina untuk bisa liburan ke Jepang, apalagi gratis~
Makasih Conietta ^^ I wish u can go to Japan some day
Aahh seru bangett ^^
Congrats yaa cyn, uda bs menang
Iya Xiao Vee aku juga seneng banget, makasih uda mampir baca blog aku ^ ^